Rubah Kebiasaanmu Untuk Dapatkan Otak yang Awet Muda, Yuk Simak 5+ Cara Dibawah Ini!


Seiring bertambahnya usia, adalah umum untuk mengalami beberapa penurunan fungsi otak seperti lupa nama orang, lupa waktu, dan kejadian lainnya.

Maka dari itu Anda semua berolahraga agar tubuh tetap sehat, tetapi seberapa sering Anda melatih otak?

Penelitian telah menunjukkan bahwa menjaga sel-sel otak Anda tetap kuat dan tajam dapat membantu menurunkan risiko Anda terkena demensia. Berikut ini cara-cara hebat untuk memastikan otak Anda tetap sehat nan awet muda.

1. Jangan sering-sering multitasking

Jika Anda membaca ini saat streaming acara TV dan menulis catatan untuk pasangan Anda, Anda mungkin ingin berhenti. Berlawanan dengan kepercayaan populer, orang kurang efisien—tidak lebih—ketika mereka melakukan banyak tugas. 

Otak Anda hanya dapat melakukan satu hal pada satu waktu, ketika Anda melakukan banyak tugas, Anda memaksanya untuk memantul bolak-balik, yang menyebabkan banyak tekanan pada otak. Tingkat kortisol meningkat, dan terlalu banyak hormon beracun bagi fungsi saraf.

2. Main games

Jenis permainan tertentu dapat memberi Anda dorongan mental. Memainkan game puzzle berbasis fisika Cut the Rope meningkatkan konsentrasi, keterampilan beralih tugas, dan beradaptasi dengan situasi baru lebih banyak daripada mereka yang memainkan video game jenis lain.

Para peneliti menyarankan permainan asah otak yang kompleks, yang melibatkan perencanaan dan penyesuaian strategi, dapat membantu meningkatkan daya ingat.

3. Kontrol stress

Obat penenang stres seperti jalan-jalan setiap hari di sekitar blok, pijat mingguan, dan bersantai dengan majalah dapat menjaga otak Anda tetap sehat.

Stres jangka panjang dapat meningkatkan kadar hormon stres kortisol, yang melemahkan daerah memori jangka pendek di otak, menurut sebuah penelitian di University of Iowa.

4. Kurangi gula

Diet kaya gula dan karbohidrat sederhana lainnya bisa menguras otak Anda, menurut penelitian Charité University Medical Center.

Para peneliti menemukan bahwa bahkan di antara orang sehat tanpa diabetes atau intoleransi glukosa, mereka yang memiliki kadar gula darah rendah, yang diukur melalui tes darah, tampil lebih baik pada tes yang mengukur berapa banyak kata yang dapat dihafal peserta setelah penundaan 30 menit.

5. Latihan beban walau sedikit

Wanita dengan gangguan kognitif ringan yang berjalan atau mengangkat beban meningkatkan ingatan mereka setelah enam bulan, tetapi mereka yang hanya melakukan peregangan dan mengencangkan memiliki ingatan yang lebih buruk daripada ketika mereka memulai, menurut sebuah penelitian di The Journal of Aging Research.

Berjalan dan angkat beban meningkatkan memori spasial, jenis memori yang membantu kita mengingat lingkungan kita; seperti tata letak ruangan, atau di mana Anda meletakkan kunci. 

Intinya: Berbagai jenis latihan memiliki manfaat mental yang berbeda, jadi cobalah untuk memasukkan latihan daya tahan dan beban ke dalam rutinitas Anda.

6. Tidur siang

Tidur siang selama 45 hingga 60 menit dapat meningkatkan pembelajaran dan memori hingga lima kali lipat menurut sebuah penelitian baru-baru ini. Peneliti Jerman meminta orang-orang untuk mempelajari pasangan kata dari daftar dan mengujinya pada kekuatan ingatan mereka.

Kemudian, setengah dari kelompok tersebut beristirahat sementara peneliti mengukur aktivitas otak mereka (khususnya "sleep spindles"—serbuan aktivitas di hippocampus yang terlibat dalam konsolidasi memori), sementara sisanya menonton DVD. 

Ketika mereka menguji ulang seberapa baik orang dapat mengingat pasangan kata, para responden melakukannya kira-kira lima kali lebih baik.

7. Pelajari bahasa kedua

Menjadi bilingual (fasih berbicara dua bahasa) ada hubungannya dengan struktur otak yang lebih sehat, menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Concordia University di Montreal, Kanada.

Para ilmuwan menggunakan scan MRI untuk mengukur otak orang yang mengalami gangguan kognitif. Apa yang mereka temukan: Otak orang yang fasih lebih dari satu bahasa punya lidah lebih tebal dan lebih padat di area yang mengontrol bahasa, kognisi, dan memori.

sumber: Reader’s Digest

Komentar